Berita Terkini

Penjaringan Bakal Calon Anggota MRPB Dimulai, 10 Suku dan Sub Suku di Wondama Pilih 4 Nama

WASIOR – Penjaringan bakal calon (balon) anggota Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) periode 2023-2028 perwakilan Kabupaten Teluk Wondama dari unsur masyarakat adat dan masyarakat perempuan telah dimulai.

Penjaringan dilakukan melalui mekanisme musyawarah adat pada masing-masing suku dan subsuku yang ada di dalam rumah besar masyarakat adat Wondama.

Panitia pemilihan menetapkan 10 titik pelaksanaan musyawarah sesuai batas wilayah suku maupun subsuku yang ada di Wondama.

Subsuku Wondama Diopui menjadi yang pertama menggelar musyawarah penjaringan balon anggota MRPB perwakilan Teluk Wondama pada 17 April 2023 di aula Kantor Distrik Wondiboi.

Ketua Panitia Pemilihan (Panpil) Ujang Priyatna Waprak menjelaskan, musyawarah penjaringan di setiap suku maupun subsuku akan memilih masing-masing dua orang dari unsur adat juga dari unsur perempuan untuk ditetapkan sebagai calon anggota MRPB.

“Sehingga nantinya akan terpilih 4 orang (calon) dalam (musyawarah) penjaringan ini, “kata Ujang Waprak pada pembukaan.

Para  calon  yang telah ditetapkan dalam musyawarah penjaringan selanjutnya akan mengikuti pemilihan guna menentukan dua nama sebagai calon terpilih untuk unsur adat serta dua nama untuk unsur perempuan.

Rinciannya, satu calon terpilih yang bakal dilantik  dan satu orang masuk daftar tunggu.

“Sehingga totalnya ada  empat nama yang ditetapkan dalam SK Bupati Teluk Wondama dan selanjutnya dikirim ke Provinsi Papua Barat dan Mendagri untuk ditetapkan sebagai anggota MRPB periode 2023-2028,” terang Kepala BKPSDM Teluk Wondama itu.

Wakil Bupati Andarias Kayukatuy yang hadir pada pembukaan musyawarah penjaringan mengharapkan proses penjaringan dan pemilihan calon anggota MRPB berlangsung secara jujur dan adil sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan.

“Jangan sampai karena kepentingan tertentu kita halalkan cara-cara yang tidak sesuai dengan adat kita. Lalu kita memilih orang yang nanti tidak bisa bekerja, “pesan Kayukatuy