Konservasi

Pengelolaan SDA dan LH

Sumber Daya Alam

 

Pemanfaatan Sumberdaya Alam dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat setempat masih banyak bergantung pada alam sekitarnya. Mereka memanfaatkan hutan dan laut sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, maupun perumahan. Umumnya mereka mengambil atau memanfaatkan sumberdaya alam sekitar seperlunya saja.

Pada masyarakat adat Wamesa di wilayah pesisir, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil studi pt. Yalhimo (2004), pemanfaatan sumberdaya alam sekitar adalah sebagai berikut:

  • - Mangrove, bagian yang dimanfaatkan meliputi batang, dahan, ranting, serta kulit. Batang/dahan mangrove dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan rumah, untuk membuat tiang belo, dan untuk kayu bakar. Kulit manggrove dipakai sebagai bahan obat tradisional untuk pengobatan penyakit kulit (kudis).

  • - Pohon Nipah, bagian yang dimanfaatkan adalah daun yang digunakan untuk membuat atap rumah. Penyaringan sari nipah juga sering dilakukan untuk diminum karena mengandung alkohol.

  • - Pohon Sagu, bagian yang dimanfaatkan adalah batang, pelepah dan daunnya. Batang sagu diproses untuk diambil patinya. Pati sagu ini menjadi bahan makanan pokok bagi masyarakat. Adapun pelepahnya digunakan untuk bahan dinding rumah dan daunnya untuk bahan atap rumah. Pohon sagu yang ditebang umumnya yang telah berbunga karena pohon sagu yang demikian mengandung banyak pati.

  • - Masyarakat juga memanfaatkan tumbuhan tali sebagai bahan obat penyakit dalam (direbus), kayu lawang untuk membuat minyak lawang, mengambil kayu buah (macaranga) atau kayu jenis lain yang berdiameter kecil untuk tiang-tiang rumah, rotan untuk pengikat tiang rumah, serta mengambil masoi dan gaharu untuk dijual.

Sumber Daya Alam yang berada di wilayah Kabupaten Wondama meliputi jenis dan keragaman yang cukup banyak, baik yang bersifat hayati; sumber daya hutan dan hasil hutan, keragaman flora dan fauna maupun sumber daya non-hayati; air, ketersediaan lahan, bahan galian dan bahan tambang umum dan minyak-gas.

Sumber Daya Air

Ketersediaan sumber daya air cukup banyak yang terdiri atas air tanah (akuifer) dan air permukaan (sungai dan danau). Sebagian besar wilayah kabupaten dialiri sungai besar dengan anak-anak sungai.

Sungai-sungai di wilayah Teluk Wondama memiliki warna antara 5 TCU hingga 70 TCU dengan nilai rata-rata 39,3 TCU (PT. Calmarine, 2000b). Kejernihan air bervariasi antara 28 hingga 60 cm, dengan kualitas bau air alamiah.

Tingkat kekeruhan sebagian besar air sungai berada di atas 10 NTU. Tingkat padatan tersuspensi/Total Suspended Solid (TSS) umumnya bervariasi dari 32 mg/liter dalam musim kemarau hingga 173 mg/liter dalam musim penghujan atau dengan nilai rata-rata 71 mg/liter. Nilai TSS air tanah yang tinggi ini banyak dijumpai pada daerah-daerah bergambut. Tingkat keasaman tanah dan air rata-rata pH 6,5 (antara 5-9). Salinitas alaminya bervariasi dari 15,9 mS hingga 30.900 mS.

Sungai-sungai di Kawasan Teluk Wondama sangat dipengaruhi oleh pasang-surut yang dapat mencapai 6 meter. Lebar aliran sungai bervariasi dari 30 - 80 meter dengan laju aliran sungai antara 0,4 - 1,2 meter/detik tergantung pada kondisi pasang-surut yang sedang berlangsung.

Sumberdaya air lain di daratan Teluk Wondama diwakili oleh parit-parit yang berisi aliran air selama musim penghujan tetapi mengering selama musim kemarau atau aliran-aliran intermittent. Beberapa resapan dan mata air yang mengalirkan air tawar secara intermittent juga banyak dijumpai di berbagai tempat di seluruh daratan, baik bagian utara maupun selatan dan timur teluk di sepanjang daerah pesisir, sekalipun tidak dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh penduduk setempat.

Analisa terhadap jenis batuan, tanah yang terbentuk serta jumlah sungai yang relatif banyak, mencerminkan bahwa sumber daya air yang tersedia cukup tinggi, terutama di wilayah pesisir. Disisi lain upaya penyediaan air bersih memiliki tantangan tersendiri terutama dikarenakan tingkat salinitas air yang tinggi akibat rembesan dari laut di wilayah pesisir Teluk Wondama.

 

 

Sumber Daya Hutan

Ketersediaan sumber daya hutan Teluk Wondama sangat besar. Dari keseluruhan terbagi menjadi kawasan hutan Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi yang dapat dikonversi, Hutan Lindung dan Pelestarian Alam (cagar alam), dan areal penggunaan lainnya. Keragaman hutan di kawasan teluk dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Hutan Pantai

Hutan jenis ini umumnya terdapat di daerah-daerah pantai berpasir dan banyak dijumpai dibelakang zona manggrove dimuara-muara sungai.

b. Hutan Manggrove

Kawasan manggrove di Teluk Wondama letaknya tersebar. Sebaran hutan manggrove terdapat pada hampir semua kawasan pesisir pantai dan sungai.

c. Hutan Nipah

Vegetasi hutan nipah, merupakan komunitas flora yang membatasi zona peralihan pasang surut dan air tawan dengan air asin disekitar hutan manggrove di pinggiran sungai-sungai.

d. Hutan Hujan Dataran Rendah

Tipe hutan jenis ini sebagian besar terdapat dibelakang formatur hutan rawa/campuran dan manggrove. Pohon-pohon jenis ini dapat mencapai ukuran diameter 30 s/d 100 cm, diantaranya dari jenis Merbau, Matoa, Nyatoh, Medang dan Pulai. Komunitas hutan jenis ini merupakan sumber daya yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu sumber kehidupan sehari-hari dan untuk kepentingan ekonomi.

Sumber Daya Perairan

a. Sumber Daya Ikan

Keragaman ikan di perairan Teluk Wondama masih sangat besar. Terdapat 106 Spesies Ikan; yang termasuk dalam 69 genera, 46 famili, dan 12 ordo. Kelompok terbesar pada famili perciformes (25 famili).

b. Sumber Daya Non Ikan

Perairan Teluk Wondama juga sangat kaya akan kelompok krustase dan moluska yang terdiri dari jenis udang dan kepiting.

Kelompok udang terutama jenis udang putih (penaeus mergensis), udang windu (penaeus monodon) dan udang loreng (parapenaeipsis sculptilis), udang merah (parapnaeopsis arafurica), udang lobster (panulirus versicolor), udang air tawar galah (macrobrachium sp.), udang mantis (harpiosquilla sp.), udang dogol (metapenaeus sp.), udang petok (snapping shrimp).

Potensi udang putih (penaeus merguensis) di Kabupaten Teluk Wondama masih baik. Ukuran rata-rata adalah 10 gr.

Udang Sungai (macrobrachium sp.) merupakan jenis udang air tawar yang sangat potensial, umumnya berukuran 7 gr.

Kelompok kepiting terutama kelompok kepinting bakau (scylla serrata), juga terdapat cukup banyak kerang darah (anadara granosa), kerang bakau (geloina sp.), kerang air tawar (batissa sp) serta siput bakau (telescopium sp). Rata-rata ukuran kepiting bakau (scylla serrata) berkisar antara 300-500gr.