LMA minta dana Otsus Wondama sekolahkan OAP
Wasior - Lembaga Masyarakat Adat (LMA) minta dana otonomi khusus (Otsus) yang diterima Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dimanfaatkan untuk menyekolahkan orang asli Papua (OAP) di daerah tersebut.
LMA mengkritik kebijakan Pemkab Teluk Wondama dalam pengalokasian dana Otsus selama ini belum berpihak pada pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Kalau infrastruktur saja dibangun, SDM tidak dibangun percuma saja. Dana Otsus seharusnya lebih banyak untuk sekolahkan anak-anak Wondama karena Otsus mau habis 2021,“ ucap Ketua LMA Wilayah Selatan dan Barat Teluk Wondama, Adrian Worengga di Wasior, Jumat.
Ia mengungkapkan, LMA sering mendapat laporan bahwa banyak putra-putri asli Wondama terpaksa putus sekolah karena terkendala masalah biaya. LMA berpandangan, persoalan ini tidak akan terjadi jika pemerintah daerah bisa mengatur dan memanfaatkan dana Otsus secara baik.
“Kami mohon Pemda perhatikan anak-anak Wondama yang kuliah di luar. Di Jayapura (Papua) asrama rusak sekarang, atapnya bocor). Kami mohon itu diperhatikan," kata Wakil Ketua LMA Wilayah Selatan dan Barat, Jeremias Korwam menambahkan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Hanok Mariai menjelaskan, dana Otsus yang diterima Dispora selama ini telah dipergunakan untuk menunjang pendidikan, seperti pembangunan sarana prasarana pendidikan berupa gedung sekolah, rumah guru juga fasilitas penunjang lainnya.
“Yang terbesar untuk program afirmasi yaitu ADEM (afirmasi pendidikan menengah) dan ADIK (afirmasi pendidikan tinggi). ADEM untuk anak-anak kita yang kita kirim untuk bersekolah di SMP dan SMA unggulan di Kalimantan, Sulawesi dan juga di Jawa. Begitu juga dengan ADIK, banyak anak-anak kita yang sedang kuliah di luar, kita siapkan biaya pendampingan,“ jelas Mariai.
Terkait asrama mahasiswa Wondama di Jayapura, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Max Mananian mengatakan, Pemda melalui Bagian Kesra setiap tahun mengalokasikan bantuan bahan makanan, pengisian pulsa listrik juga biaya kebersihan.
Hal yang sama juga berlaku untuk asrama mahasiswa di Manokwari. Manian mengaku selalu berkoordinasi dengan ketua asrama terkait kebutuhan para mahasiswa. Namun menurut dia, yang dikeluhkan adalah septi tank yang sudah penuh sehingga harus dilakukan penyedotan.
“Tahun lalu total ada 380 mahasiswa Wondama yang kita bantu. Tapi bukan beasiswa (rutin), yang kita berikan adalah bantuan pendidikan,“ ujar Mananian.***
Sumber. Antara Papua Barat